Berawal dari golongan terpandang, rata-rata kehidupan dengan kemewahan menjadi gelamor bukan asing lagi. Sekitar tahun 2005-2006, aku mulai tamat sekolah lulusan SMA. Tempatnya di Sari Matondang Pematang Siantar.
Seperti biasanya kehidupan anak remaja yang semakin jadi dan tak terkendali, bisa kita bilang narkoba sudah akrab di kehidupan kita. Suatu saat orang tuaku memberikanku amanah untuk menjaga grosir milik ayahku. Alhamdulillah penghasilan setiap harinya bisa mecapai jutaan rupiah. Namun seiring berjalannya waktu, lama kelamaan hidupku berubah dengan seketika.
Suatu saat temanku menghampiriku ketika aku menjaga kedai milik ayahku. Kemudian seperti yang lainnya kami saling tanya sapa hingga akhirnya perbincangan kami berubah menjadi planning/rencana. Kemudian temanku mengenalkanku dengan dunia malam atau disebut “clubbing”.
Malam minggu dan hari yang ditunggu telah tiba, kami mulai mengadakan party dengan gelap gemerlang suasana diskotik menggairahkan malam kami dengan music. Setelah beberapa menit, teman dia menawarkan sebuah vitamin atau dibilang pil ekstasi. Karena suara musik yang terlalu tinggi, aku pun menghiraukannya. Kemudian aku disuruh untuk mengkonsumsi dan aku mau karena ku pikir ini hanya sebuah vitamin.
Kemudian setelah beberapa jam badanku menggigil dan tak terkendali. Semakin musik keras terdengar semakin ringan badan untuk bergoyang. Akhirnya aku bisa dibilang ketagihan hampir setiap minggu kami melakukan club night.
Hingga suatu hari ayahku jatuh sakit dan aku pun tak menghiraukan, karena saat itu yang ada dikepalaku hanyalah enjoy semata. Hari pun terus berlalu, tiba tiba kabar yang tak disangka terdengar jelas. Ayahku pun kembali kepada-Nya. Dan setelah itu kehidupanku mulai kacau tak terkendali.
Narkoba hampir menjadi darah dagingku karena yang ada di otakku hanyalah kesenangan semata.
Lama kelamaan harta orang tuaku pun mulai habis. Kemudian aku dikenalkan oleh temanku sejenis garam batu kasar yaitu sabu-sabu. Bisa kita bilang ekstasi, sabu-sabu sudah menjadi lumrah dijaman sekarang.
Kemudian usahaku pun mulai bangkrut karena hasil penjualan habis untuk narkoba. Hampir setiap hari aku habiskan duitku hanya untuk kesenangan dan berfoya-foya. Hampir aku tenggelam didalam dunia hitam dan terus saja sampai sekarang aku merasakannya.
Singkat cerita, aku disuruh untuk bekerja di Malaysia untuk menafkahi keluargaku. Dan aku tiba di Malaysia tahun 2010 tepatnya seminggu sebelum hari raya Idul Fitri. Kemudian aku bekerja sebagai pelayan, disebuah restoran.
Hari hari pun kulalui dengan penuh derita dan cobaan. Karena yang biasanya duit ditangan, dengan hidup kemewahan tapi sekarang hanya mendapat gaji sebulan 600 ringgit.
Alhamdulillah, atas rahmat hidayah dari Allah SWT, aku bisa pelan pelan meninggalkan perbuatan haram. Hingga suatu hari aku menangis, entah itu bahagia atau sebaliknya karena biasanya aku yang memberi dan sekarang aku yang menerima.
Kehidupanku pun seperti umumnya kehidupan serba kekurangan, dan Alhamdulillah aku bersabar dalam susahku. Akhirnya waktu yang ditunggu tunggu pun tiba. Aku bisa membantu orang tuaku memberikan sedikit demi sedikit dengan hasil kerjaku walau terpikir penyesalan yang begitu mendalam dengan masa laluku. 2015, tepatnya akhir Desember aku pun menikah, dengan gaji pas-pasan. Alhamdulillah aku dikaruniakan seorang anak laki-laki ditahun 2017.
Comments
Post a Comment