Istriku senang memasak walau terkadang masakannya masi amburadul. Namun begitu aku tetap bahagia dibuatnya. Selain dia jago masak, dia juga sangat penyabar dan senang dipuji. Yah, kebanyakan sih umumnya wanita paling senang dipuji.
Hampir setiap hari nya makanan favorit ku, sambal tempe ngga pake kacang, karena maklum gigiku berlubang, dan sayur-mayur kegemaranku, daun ubi tumbuk. Mungkin hampir setiap penduduk Indonesia, makanan ini menjadi tradisi turun temurun.
Suatu ketika mertuaku mencicipi hidangan yang istriku masak. Ibarat langit dan bumi, diriku tidak bisa makan pedas. Sedangkan mertuaku hobinya pedas pedas. Sebenarnya sih, aku juga doyan yang pedas. Namun perutku setiap menerima makanan pedas, selalu sakit hingga istriku khawatir dengan keadaanku.
Namun aku juga ngga bisa menolak, karena apapun yang istriku masak pastinya akan selalu aku habiskan tanpa ada komen, karena aku tau susahnya memasak dan aku takut menyinggung perasaannya.
Akhirnya masakan itu pun siap disajikan dan kami menyantap dengan penuh semangat. Namun setelah beberapa menit aku menyantap makanan tersebut, penyakit ku kumat. Perutku mules mules, mulutku menguap tak menentu akibat pedasnya masakan istriku. Hingga akhirnya aku pun menyegerakan makanan yang disajikan agar dapat lari ke kamar mandi.
Setelah kejadian itu, istriku mendatangiku dan berkata, “Abi, itu lah… sok-sok an. Ngga bisa makan pedas, belagak”. Aku hanya tersenyum dan berkata, “Terima kasih istriku telah menyiapkan makanan buatku”. Dalam hati aku berkata, “Ya Allah, mudahkan rejeki kami dan limpahkan anugerah dalam keluarga kami agar kami selalu bersyukur kepada-Mu.”
Para pembaca, agar senantiasa menghargai jernih payah seorang istri, apapun yang istri masak nikmatilah dengan lapang dada. Karena rejeki mengalir kalau hati istri bahagia.
Comments
Post a Comment