Penantian Yang Tidak Sia-Sia


Kita tahu kehidupan semakin berat. Kebutuhan hidup semakin meningkat. Inilah perjalanan yang saat ini ku alami, bekerja di perantauan. Di Malaysia aku bekerja sebagai seorang pelayan dikawasan Seremban. Namun semua tidak berjalan mulus karena cobaan, dugaan datang menghapiriku.

Umurku sekarang mencecah 32 tahun dan aku mempunyai seorang anak laki-laki. Alhamdulillah sehat seperti bayi normal pada umumnya. Namun masalah yang ku hadapi kali ini cukup berbeda. Karena yang menjadi pikiran bukan hanya pekerjaan, namun yang menjadi pikiran buatku adalah keluarga yang ku tinggal saat aku berada di perantauan.

Usia anakku sekitar 8 bulan, dan aku memberi nama Muhammad Raihan Al-fatih. Sehari hari perinduan yang selalu menghantuiku, bukan aku takut dengan putus pekerjaan tapi aku takut kehilangan keluarga yang ku cintai.

Dengan gaji yang pas-pasan, hidup yang sederhana aku mencoba membangun sebuah kepercayaan lewat jarak jauh. Namun kita tau pada umumnya di Malaysia bukanlah mudah menjaga amanah sebagai seorang kepala rumah tangga.

Cobaan, godaan, begitu berat karena kita tau di Malaysia bermacam-macam wanita ada. Dari yang muda sampai yang tua, dari yang biasa sampai yang menggoda. Namun Alhamdulillah aku memohon kepada Allah agar senantiasa bisa menjaga semuanya.

Walaupun begitu, namanya manusia kecemburuan timbul dari istriku. Setiap harinya menanyakan kabar, “Abi, kapan pulang? Liat, anak kita sudah besar. Ngga kangen?”. Kemudian aku bersujud dan memohon kepada Allah agar dimudahkan segala urusanku. Karena kita tau manusia lemah dalam 3 hal:
  1. Uang
  2. Nafsu
  3. Perempuan.

Dan akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Insya Allah 6 bulan lagi aku akan segera pulang dan bertemu keluarga yang selama ini mendukungku disini.

Jadi kuharap buat teman-teman semua, meskipun kita jauh dari keluarga, jauh dari orang yang kita saying, janganlah kita menghianati kepercayaan yang telah diberikan. Karena uang bukan segalanya, melainkan keluarga yang paling utama dari yang lain.

Comments