Kami bekerja di sebuah restoran di Malaysia dengan gaji rata-rata 1000 Ringgit. Jumlah pekerja ada 20 orang. 10 India, 5 Banglades, dan sisanya kami 5 orang Indonesia.
Walaupun pekerjaan begitu berat, namun dibalik pekerjaan kami sering berbagi cerita di jam kerja. Bisa dibilang kerja kami seperti robot. Mungkin ada yang belum mengerti atau ada juga yang bilang kerja di restoran sangat enak. Padahal kerja di restoran sungguh makan hati.
Bayangin aja, dari service sudah melelahkan. Belum lagi minta yang lainnya. Apalagi waktu nyuruh order. Dengan lantang memanggil seperti binatang (bersiul). Kalau di negara kita tepatnya Indonesia, banyak sekali restoran namun costumer datang memanggil dengan cara sopan. Seperti hal nya mengangkat tangan, menekan bel, pokoknya ramah banget.
Lain disini, di Malaysia. Panggilan seperti panggilan kucing ini sudah lumrah dan tren di Malaysia. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Meskipun berat, kami coba semangat dan tabah.
Oke, singkat cerita aku punya seorang teman namanya Edo. Dia punya pacar, dan pacarnya mempunyai seorang adik perempuan. Hampir setiap hari dia menawarkan agar aku berkenalan dengan adiknya, namanya Putri. Namun aku masih menolak karena aku belum siap untuk pacaran.
Namun berjalannya waktu, aku tidak bisa menghindari. Akhirnya aku terima dengan senang hati. Kemudian terjadilah hubungan cinta di antara kami. Sungguh aneh tapi nyata.
Awal jumpa kami saling berkenalan dengan bermodalkan duit 50 Ringgit aku ajak nonton meskipun aku ragu-ragu namun bisa ku lewati. Akhirnya hubungan kami pun semakin serius dan kami mengusulkan ingin menikah segera.
Tapi ngga mudah seperti yang dibayangkan. Karena pacarku masih mempunyai seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku SMA. Aku pun menanyakan tawaran ingin segera melamar Putri, namun orang tuanya berkata setelah adiknya tamat sekolah, barulah kami diizinkan menikah.
Berarti kami harus menunggu 1 tahun lagi. Bukan karena apa, kami hanya takut hubungan kami dikotori dengan zina karena kita tahu jaman sekarang pacaran tanpa seks terasa hampa.
Sebelumnya aku ngga yakin bakalan menjadi iparnya teman ku. Karena bagiku semua ini masih terlalu jauh. Namun Allah yang menentukan kisah hidup kami, akhirnya pun aku menikah di tahun 2016.
Comments
Post a Comment